ALAT KOMUNIKASI
Handphone (HP) dan Facebook. Kedua alat komunikasi tersebut praktis sudah menguasai hidup sebagian besar masyarakat. Hampir semua orang memiliki hape dan facebook. Dari presiden dan menteri, gubernur hingga ketua RT, semua tak terpisah dengan hape dan facebook. Para romo dan suster pun tidak ketinggalan. Namun bagi kita yang terpenting adalah bukan soal kita memiliki HP dan Facebook atau tidak, tetapi apakah kita telah menggunakan alat-alat komunikasi tersebut dengan baik atau benar.


Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki setiap orang. Dengan komunikasi, hidup ini menjadi lebih menarik dan hidup. Gereja memandang bahwa komunikasi sebagai bagian tak terpisahkan dari pewartaan injil. Injil harus dikomunikasikan. Hal itu dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan cara atau sarana. Hape, radio, televisi, internet, dan sebagainya adalah sarana komunikasi yang baik dan berguna, apabila digunakan dengan baik. Dan Gereja mendukung hal itu.
Kita menemukan bahwa hanya hati yang damai dan adoratif yang akan mampu menghasilkan komunikasi yang baik dan mendamaikan. Di tengah-tengah orang yang bengis, kasar karena berhati marah dan iri, Stefanus tetap menghadirkan hati yang damai dan adoratif. Damai karena tidak ikut-ikut marah atau membela diri atau menyalahkan orang lain. Sebaliknya stefanus mengampuni dengan mendoakan mereka. Ia juga mempunyai hati yang adoratif karena ia senantiasa berdoa dan bahkan meninggal dalam keadaan doa. Ia menatap langit dan melihat kemuliaan Allah dan Yesus yang berdiri di sisi kanan Allah. Hati damai dan adoratif membuahkan pengampunan, kebaikan, kesejukan dan kesejahteraan.

Kita boleh merenungkan bahwa semua alat komunikasi mestinya mempersatukan kita dan bukan memecah relasi kita. Yesus berdoa, ”....supaya mereka semua menjadi satu......” Tuhan Yesus menghendaki kita bisa membangun kesatuan, persatuan, kerukunan dalam kehidupan bersama, entah dalam keluarga, komunitas ataupun masyarakat.

Poin permenungan bagi kita adalah apakah yang menjadi dasar dan buah dalam setiap komunikasi hidup kita? Ketika komunikasi itu memunculkan amarah, iri dan terlebih lagi menjauhkan kesatuan hidup kita dalam keluarga dan Allah sendiri, kita perlu mengevaluasi hidup komunikasi kita.

Komunikasi yang sejati adalah komunikasi yang didasari atas kasih, bukan untuk menjatuhkan, bukan untuk memecah belah, bukan untuk menghancurkan. Kalau alat komunikasi tersbut, justru menjadikan kita lupa dan tidak mau mengurus anak istri, itu berarti kita kurang bertanggung jawab. Kalau pada saat misa pun, masih ada bunyi suara hape atau asyik main game di hape, bukankah kita tidak menghadirkan kasih. Kalau kita punya hape, tapi kita pakai untuk menteror atau menggosipkan yang tidak benar, entah menggosipkan teman, atau bahkan romonya, pasti kwalat deh. Heeee

Komunikasi yang sejati harus sampai pada keterarahan diri kita untuk terus membangun relasi baru dengan Allah. Sebagaimana terungkap dalam doa Yesus. Marilah kita mohon kepada ROh Kudus agar kita mampu menghadirkan komunikasi yang sejati. Semoga melalui berbagai alat komunikasi, kita pun turut ambil bagian dalam pewartaan Injil dan pelayanan Sabda.




DIPOSKAN OLEH AGUSTINUS YONGKI SAPUTRA

Komentar

Postingan Populer