TABERNAKEL
Apa itu “tabernakel”, dan apa itu “sacrarium”
?
Tabernakel adalah tempat menyimpan Hosti Kudus/Tubuh dan
Darah Kristus…Sacrarium/wastafel, tempat untuk merendam hosti yang rusak yang
sudah dikonsekrasi hingga larut..Hosti yang sudah dikonsekrir tidak boleh
dibuang/dibakar…aliran sacrarium tdk melalui pipa pembuangan…Mudah2an benar….
jawaban anda benar chrisalea Alda, ada tambahan sedikit;
tabernakel itu berasal dari bahasa natin; taber artinya kemah, narkel adalah
kudus, jadi tabernakel adalah kemah kudus, dimana di letakan Tubuh Kristus
Boeh nambah sedikit yaa..
Pak Renalto Haliman benar.Tabernakel terkadang disebut juga sebagai “tenda pertemuan” (Kel 33:7). Asal usulnya dari tradisi Yahudi. Allah meminta Musa untuk membuat tabernakel, yaitu suatu tempat kudus yg bisa dibawa-bawa. Didalamnya disimpan tabut perjanjian, dua loh batu yg berterakan hukum dari Allah. Dengan demikian, secara teologis, tabernakel menjadi tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya (Why 21:3)
Pak Renalto Haliman benar.Tabernakel terkadang disebut juga sebagai “tenda pertemuan” (Kel 33:7). Asal usulnya dari tradisi Yahudi. Allah meminta Musa untuk membuat tabernakel, yaitu suatu tempat kudus yg bisa dibawa-bawa. Didalamnya disimpan tabut perjanjian, dua loh batu yg berterakan hukum dari Allah. Dengan demikian, secara teologis, tabernakel menjadi tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya (Why 21:3)
Saat ini “tabernakel” berfngsi sebagai tempat menyimpan
Sakramen Mahakudus, yakni Tubuh Kristus dlm rupa Hosti yg telah dikuduskan
dalam Perayaan Ekaristi.
Sekarang “tabernakel” menunjuk pada semacam
lemari kecil dalam sebuah gereja, yg berfungsi sbg tempat menyimpan Sakramen
Mahakudus, yaitu dlm rupa hosti yg telah dikonsekrir (dikuduskan) dlm Perayaan
Ekaristi.
Tadinya, tempat menyimpan Sakra…men Mahakudus itu disebut “sacrarium”, suatu tempat yg kudus (Latin ” sacer” = kudus, suci). Sacrarium itu jg sekaligus merupakan tempat utk menyimpan minyak katekumen, krisma, dan pengurapan orang sakit. Bentuk sacrarium itu semacam lemari kecil yg ditempatkan di sakristi. Secara historis sejak abad ke-7 mulailah bermunculan tabernakel, dan tidak menyimpan Sakramen Mahakudus didlm sacrarium lagi melainkan Sakramen Mahakududs itu disimpan didlm tabernakel.Di dlm PUMR 280 juga di jelaskan bahwa :
“Hosti atau bagian hosti yg terjatuh harus dipungut dg hikmat. Kalau ada Darah Kristus tertumpah, hendaknya tempat itu dibersihkan dg air. Air itu lalu dituangkan kedalam “Sakrarium” di sakristi.”
Tadinya, tempat menyimpan Sakra…men Mahakudus itu disebut “sacrarium”, suatu tempat yg kudus (Latin ” sacer” = kudus, suci). Sacrarium itu jg sekaligus merupakan tempat utk menyimpan minyak katekumen, krisma, dan pengurapan orang sakit. Bentuk sacrarium itu semacam lemari kecil yg ditempatkan di sakristi. Secara historis sejak abad ke-7 mulailah bermunculan tabernakel, dan tidak menyimpan Sakramen Mahakudus didlm sacrarium lagi melainkan Sakramen Mahakududs itu disimpan didlm tabernakel.Di dlm PUMR 280 juga di jelaskan bahwa :
“Hosti atau bagian hosti yg terjatuh harus dipungut dg hikmat. Kalau ada Darah Kristus tertumpah, hendaknya tempat itu dibersihkan dg air. Air itu lalu dituangkan kedalam “Sakrarium” di sakristi.”
Kalau boleh disimpulkan, bahwa tabernakel adalah sebuah
lemari kecil dg nyala api abadi yg dipergunakan sbg tempat menyiman Sakramen
Mahakudus yg telah dikonsikrir, sedangkan sacrarium adalah tempat kudus dan
suci yg dipergunakan utk menyimpan /menuang hosti suci yg sdh rusak sekaligus
tempat dituangkan sisa air setelah dipakai saat membersihkan bejana suci maupun
air yg telah dipakai pastor utk cuci tangan,, hendaknya dituang ke dlm
sacrarium tsb.
lha romo saya cucinya pake kobokan yang ditaruh diatas
kreden…
@CA
: namabahin ya, sebetulnya bukan direndam, tapi memang dibuang…untuk membuang
Hosti yg sudah di konseklir (menjadi Tubuh
Kristus/Sakramen Maha Kudus) sebelumnya harus dinetralisir menggunakan air,
agar Sakramen Mahakudus kembali menjadi hosti ini dilakukan oleh imam di
sacrarium (biasanya sacrarium dibangun di dalam sakristi) yaitu suatu bak cuci
yang pembuangannya tidak dialirkan ke sistem pembuangan air, melainkan langsung
ke tanah. Jika, karena suatu alasan tertentu, imam harus memusnahkan Hosti
Kudus, imam akan melarutkan Hosti Kudus dengan air dalam sacrarium
* Purifikatori adl semacam lap putih pembersih utk piala,
sibori, dan patena.
* Palla adl kain kertas putih persegi empat utk menutupi piala dr kemungkinan masuknya kotoran.
* Korporale, merupakan semacam kain taplak putih utk alas piala dan… sibori / patena.
* Palla adl kain kertas putih persegi empat utk menutupi piala dr kemungkinan masuknya kotoran.
* Korporale, merupakan semacam kain taplak putih utk alas piala dan… sibori / patena.
Sebelum digunakan ketiga benda ini biasanya diletakkan pada
piala, dg urutan purifikatori, patena (jika dipakai), palla, lalu korporale.
tak jarang setelah purifikatori ditaruh sendok kecil diatasnya yg dipakai utk
menciduk / mengambil air dan mencampurkannya dengan anggur dalam piala.
Om admin, ijin nambahin ya….
PURIFIKATORIUM :
berasal dari bahasa Latin “purificatorium”, yaitu sehelai kain lenan berwarna putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat… tiga memanjang lalu diletakkan di atas piala.
berasal dari bahasa Latin “purificatorium”, yaitu sehelai kain lenan berwarna putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat… tiga memanjang lalu diletakkan di atas piala.
PALLA :
berasal dari bahasa Latin palla corporalis yang berarti kain untukTubuh Tuhan, adalah kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan untuk menutup piala. Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Palla diletakkan di atas Patena.
berasal dari bahasa Latin palla corporalis yang berarti kain untukTubuh Tuhan, adalah kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan untuk menutup piala. Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Palla diletakkan di atas Patena.
CORPORALE :
Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda.
Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.
Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda.
Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.
Protes umat (yang mendapat pembelajaran Liturgi) atas
posisi SALIB PANCANG yang ditempatkan di sebelah kanan samping Meja Altar di
panti imam.
” Salib pancang nya,jangan ditaruh disitu dong…
Yang betul menurut pakar liturgi RP. Christophorus Yohanes Harimanto Suryanugraha,OSC salib di yang menghadap umat seharus nya cukup 1,tgl pilih antara salib besar di dinding ,salib pancang ato salib kecil di
altar,maksud nya… adalah menyatukan umat dlm perayaan.Liturgi terkadang bukan karena kebiasaan ,tp lebih pada aturan ,jd jgn merasa sudah benar apa bila dilihat dari perspektif kebiasaan saja.
Sesudah perarakan seharus nya salib pancang di masukan kembali ke sakristi ,itu ideal nya .Logika nya,apa anda pernah melihat salib pancang berdiri tegak di panti imam ketika melihat perayaan ekaristi di
vatikan,yg notabene sudah memiliki salib besar yg menghadap ke umat?”
Yang betul menurut pakar liturgi RP. Christophorus Yohanes Harimanto Suryanugraha,OSC salib di yang menghadap umat seharus nya cukup 1,tgl pilih antara salib besar di dinding ,salib pancang ato salib kecil di
altar,maksud nya… adalah menyatukan umat dlm perayaan.Liturgi terkadang bukan karena kebiasaan ,tp lebih pada aturan ,jd jgn merasa sudah benar apa bila dilihat dari perspektif kebiasaan saja.
Sesudah perarakan seharus nya salib pancang di masukan kembali ke sakristi ,itu ideal nya .Logika nya,apa anda pernah melihat salib pancang berdiri tegak di panti imam ketika melihat perayaan ekaristi di
vatikan,yg notabene sudah memiliki salib besar yg menghadap ke umat?”
PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ:
Tata ruang panti imam, silahkan lihat apa yang dianjurkan
PUMR dan RS (Redemptionis Sacramentum). Ada hal-hal yang disebutkan, bukan
digambarkan posisinya.
Contoh: Sudah didiskusikan tentang masing-masing bagian harus dibawakan imam dari mana. Maka Semua tempat itu harus strategis terlihat umat : sedelia, ambo, altar. Ketiganya tidak menyatu, tetapi ada di panti imam.
Contoh: Sudah didiskusikan tentang masing-masing bagian harus dibawakan imam dari mana. Maka Semua tempat itu harus strategis terlihat umat : sedelia, ambo, altar. Ketiganya tidak menyatu, tetapi ada di panti imam.
Salib memang cukup dua, yakni satu yang terlihat untuk
umat, dan satu untuk imam – umumnya diletakkan di altar, entah berdiri (kecil)
atau tergeletak. Dianjurkan tergeletak, karena imam toh sudah bisa melihat
salib itu dan tidak mengganggu pandangan umat ke altar.
Tabernakel yang juga umumnya ada di sekitar panti imam juga
diposisikan sedemikian rupa supaya tidak ‘dipantati’ imam dan misdinar.
Itulah perangkat pendukung untuk panti imam. Selebihnya
silahkan ditata demi indahnya atau estetikanya. Disebut baik dan memenuhi
pedoman (= benar) kalau semua hal tadi ada, tertata, dan membantu seluruh tata
perayaan yang berlangsung baik imam maupun umatnya.
NB. Mikrofon sedapat mungkin tidak mengganggu petugas dan
pandangan umat. Juga imam dan petugas melatih dengan baik penggunaan mikrofon
agar tetap khidmat, tidak perlu ‘mikrofon sentris’, atau setiap kali mau pakai
harus test dengan memukul atau mencoba dengan suara (hallo, test, dll). Itu
semua diandaikan sudah ditata dan disetting baik oleh petugas. Kalau tidak
berfungsi biarkan saja, jangan sibuk ngurusin mikrofon saat sudah jalan.
Maka juga imam dan lektor harusnya berlatih bersuara cukup kuat, agung, dan jelas ditangkap, kendati tanpa sound system.
Maka juga imam dan lektor harusnya berlatih bersuara cukup kuat, agung, dan jelas ditangkap, kendati tanpa sound system.
MASUKAN DARI UMAT AWAM
YANG PAHAM LITURGI = KESIMPULAN
Salib pancang tidak perlu di tempatkan di samping altar,
karena sudah ada salib besar di belakang (digantung di tembok). Salib pancang
dibawa masuk kembali ke sakristi setelah dibawa dalam perarakan.
PENCERAHAN DARI BP. VINCENT PAMUNGKAS :
Dupa dipakai gereja sejak jaman yahudi dan pararasul, banyak referensi di Mazmur dan kitab2 PL juga Wahyu. Asap yang dihasilkan menjadi lambang penyucian/pengkudusan, dan juga melambangkan doa2 kita yang naik ke surga. Di dalam misa dupa bisa dipakai waktu perarakan masuk, bacaan Injil, atau untuk menyucikan persembahan/pastor/umat, atau untuk menghormati altar, salib, hosti setelah konsekrasi. Penggunaan dupa tidak diwajibkan, tapi boleh dipakai untuk membuat suasana misa lebih sakral.
Dupa dipakai gereja sejak jaman yahudi dan pararasul, banyak referensi di Mazmur dan kitab2 PL juga Wahyu. Asap yang dihasilkan menjadi lambang penyucian/pengkudusan, dan juga melambangkan doa2 kita yang naik ke surga. Di dalam misa dupa bisa dipakai waktu perarakan masuk, bacaan Injil, atau untuk menyucikan persembahan/pastor/umat, atau untuk menghormati altar, salib, hosti setelah konsekrasi. Penggunaan dupa tidak diwajibkan, tapi boleh dipakai untuk membuat suasana misa lebih sakral.
PENCERAHAN DARI BP. DANIEL PANE
Dupa menandakan kemeriahan. Karena hari Minggu adalah hari
raya maka idealnya Misa Hari Minggu dirayakan dengan meriah, teks-teks Misa
dinyanyikan, prosesi diadakan, dan dupa dipakai (lebih bagus lagi jika ada
Diakon yang ikut melayani dan membacakan Injil), dulu Misa semacam ini sering
disebut sebagai Misa Agung. Mengadakan Misa semacam ini untuk .semua Misa yang
diadakan pada hari Minggu (dalam paroki yang merayakan Misa lebih dari satu
kali) kenyataannya cukup sulit. Maka biasanya dipilih satu Misa, yang paling
banyak dihadiri umat, dan diadakan secara demikian, sementara Misa-misa lainnya
cukup dinyanyikan atau sekedar dibacakan, sesuai keadaan.
Tapi biasanya kebiasaan mengadakan Misa Agung semacam ini
pada hari Minggu tidak terlalu sering di Indonesia, sepengetahuan saya hanya di
beberapa Keuskupan saja, Keuskupan tempat saya tinggal adalah salah satunya
yang mengusahakan agar setiap hari Minggu ada satu Misa yang dirayakan secara
lebih meriah dengan pendupaan dan prosesi.
Topik diskusi :
” Di gereja2 yang ada Tabernakelnya sering ada lampu yang
terus bernyala di dekat tabernakel. Apa fungsinya dan apa maknanya? Gimana kalo
lampunya mati? Mohon pencerahan .”
BEBERAPA PENDAPAT AWAM
Daniel Pane
Lampu tabernakel menandakan bahwa tabernakel tersebut terisi dengan Sakramen Mahakudus.
Jika lampu tidak menyala hal itu menandakan bahwa tabernakel sedang kosong.
Jika saat tabernakel terisi lampunya mati, maka segeralah dinyalakan, jangan sampai dikira kosong karena lampunya tidak menyala.
Lampu tabernakel menandakan bahwa tabernakel tersebut terisi dengan Sakramen Mahakudus.
Jika lampu tidak menyala hal itu menandakan bahwa tabernakel sedang kosong.
Jika saat tabernakel terisi lampunya mati, maka segeralah dinyalakan, jangan sampai dikira kosong karena lampunya tidak menyala.
Vincent Pamungkas
Ini tradisi dari jaman Yahudi, untuk selalu menyalakan lampu di samping tabernakel (Kel 27:20-21). Ini juga diatur dalam aturan Ritual Romawi, bahwa lampu itu mesti dinyalakan. Lampu ini menandakan bahwa ada tubuh Kristus di dalam tabernakel, dan kalau melihat pintu tabernakel tertutup dan lampu menyala, berarti Yesus ada di sana, maka umat harus … See Moreberlutut pada saat memasuki gereja (di titik terdekat ke tabernakel tsb, yaitu pada saat mau duduk).
Pada waktu tabernakel kosong, seperti Jumat Agung, pintu tabernakel dibuka, dan lampunya dimatikan. Kalau umat melihat pintu tabernakel terbuka, umat tidak boleh berlutut, tapi cukup membungkuk ke arah sana.
Ini tradisi dari jaman Yahudi, untuk selalu menyalakan lampu di samping tabernakel (Kel 27:20-21). Ini juga diatur dalam aturan Ritual Romawi, bahwa lampu itu mesti dinyalakan. Lampu ini menandakan bahwa ada tubuh Kristus di dalam tabernakel, dan kalau melihat pintu tabernakel tertutup dan lampu menyala, berarti Yesus ada di sana, maka umat harus … See Moreberlutut pada saat memasuki gereja (di titik terdekat ke tabernakel tsb, yaitu pada saat mau duduk).
Pada waktu tabernakel kosong, seperti Jumat Agung, pintu tabernakel dibuka, dan lampunya dimatikan. Kalau umat melihat pintu tabernakel terbuka, umat tidak boleh berlutut, tapi cukup membungkuk ke arah sana.
@Yboni Mahardana: Tuhan memang ada di mana2, tapi Tuhan
hadir secara fisik hanya di dalam hosti (tabernakel/komuni), tidak di mana2.
Sebagai katolik kita mesti percaya dan menyembah Tuhan yang hadir dalam bentuk
fisiknya ini, dengan postur tubuh dan sikap hati yang tepat. Salam Kristus.
Fx Wahyu Widiastono
yang jadi masalah sebenarnya bukan pada mati ato hidupnya lampu,tapi sebenarnya pada umat bisa ato tidak menghormati hosti suci sebagai tubuh dan darah x’tus sendiri …
sering saya lihat pada saat di gereja, banyak umat yang mau duduk tidak menghormati sakramen terlebih dahulu, padahal lampu tabernakel nyala…..
dan pada saat mau komuni malah … See Morebersenda gurau ato ngobrol dengan teman …..
eh kok jd nglantur sih, sebaiknya seandainya lampu mati (pln) ya dinyalakan lilin di dekat tabernakel ……
yang jadi masalah sebenarnya bukan pada mati ato hidupnya lampu,tapi sebenarnya pada umat bisa ato tidak menghormati hosti suci sebagai tubuh dan darah x’tus sendiri …
sering saya lihat pada saat di gereja, banyak umat yang mau duduk tidak menghormati sakramen terlebih dahulu, padahal lampu tabernakel nyala…..
dan pada saat mau komuni malah … See Morebersenda gurau ato ngobrol dengan teman …..
eh kok jd nglantur sih, sebaiknya seandainya lampu mati (pln) ya dinyalakan lilin di dekat tabernakel ……
Agung Semar
dan katekese untuk ini sepatutnya di beritahukan pada umat.
dan katekese untuk ini sepatutnya di beritahukan pada umat.
Topik :
Di page ini, ada pertanyaan dari seorang PUTRA ALTAR ”
untuk penataan altar…Jika tidak ada salib di altar, misalnya seperti misa di
rumah umat, salib kecil yang diletakkan di meja sebaiknya menghadap
kemana…?makasiih yaaa untuk jawabannya.. gbu.
SEBAGIAN PENDAPAT UMAT :
Gregz Yoy
Seperti yg biasa saya lihat,, salib tersebut menghadap umat…
Tetapi jika pertanyaannya adalah sebaiknya, saya juga tidak tahu…
Seperti yg biasa saya lihat,, salib tersebut menghadap umat…
Tetapi jika pertanyaannya adalah sebaiknya, saya juga tidak tahu…
Misdinar Santa Maria Kartasura
Kalau kami dibiasakan Salib tersebut menghadap ke Imam. Sama seperti Salib yang ada di Piala, Puryficatorium, Patena, dan Juga Pala …. semuanya menghadap ke Imam. Klo kita pas menatanya ya menghadap ke kita eh … kita menghadap ke Salib … apalagi ada Korpus -nya … semoga aja bener deh kebiasaan kami …
Kalau kami dibiasakan Salib tersebut menghadap ke Imam. Sama seperti Salib yang ada di Piala, Puryficatorium, Patena, dan Juga Pala …. semuanya menghadap ke Imam. Klo kita pas menatanya ya menghadap ke kita eh … kita menghadap ke Salib … apalagi ada Korpus -nya … semoga aja bener deh kebiasaan kami …
Teresa Subaryani Dhs
Bila tidak ada salib yang di dinding, dan hanya ada satu salib. Salib diletakkan dengan corpus menghadap umat. Setau saya, kalau ada salib di dinding pun, harusnya di altar ada salib kecil yang menghadap ke imam. Berhubung tanda salib itu biasanya terukir di altar (di tempat menaruh relikui), maka tidak terlihat.
Bila tidak ada salib yang di dinding, dan hanya ada satu salib. Salib diletakkan dengan corpus menghadap umat. Setau saya, kalau ada salib di dinding pun, harusnya di altar ada salib kecil yang menghadap ke imam. Berhubung tanda salib itu biasanya terukir di altar (di tempat menaruh relikui), maka tidak terlihat.
Hailey Goitom Umino Chikara
sifat tradisionalisme versus sifat liberalisme….huhuhu….nampaknya kedua-dua sifat tersebut saling brlawanan antara satu sama lain dlm diskusi ini…hmm…namun apa2 posisi salib itu xpenting, asalkan realitas sejati, yakni tumpuan umat semasa Misa trtuju kepada kehadiran sejatiNya saat Konsekrasio…moga2 kita semua akan lebih sensitif akan perkara ini…krna sngguh, prkara itu makin hilang dari hati umat dewasa ini…~
sifat tradisionalisme versus sifat liberalisme….huhuhu….nampaknya kedua-dua sifat tersebut saling brlawanan antara satu sama lain dlm diskusi ini…hmm…namun apa2 posisi salib itu xpenting, asalkan realitas sejati, yakni tumpuan umat semasa Misa trtuju kepada kehadiran sejatiNya saat Konsekrasio…moga2 kita semua akan lebih sensitif akan perkara ini…krna sngguh, prkara itu makin hilang dari hati umat dewasa ini…~
Agustinus Dwie Susanto
diparoki kami malah ada 3 salib, 1 didinding menghadap umat, 1 dialtar menghadap imam, 1 dibawa misdinar pas perarakan n ditaruh dekat panti imam, apakah salah atau betul… mhn saran juga
diparoki kami malah ada 3 salib, 1 didinding menghadap umat, 1 dialtar menghadap imam, 1 dibawa misdinar pas perarakan n ditaruh dekat panti imam, apakah salah atau betul… mhn saran juga
PENCERAHAN2 :
Daniel Pane
Sebaiknya hanya ada satu salib dan salib itu menghadap Imam (jangan menghadap umat). Imam lah yang lebih memerlukan Salib agar ia dapat mengarahkan pikirannya pada Kristus. Sebaiknya tidak ada 2 salib karena mengaburkan fokus dalam Liturgi, dan membuat orientasi jadi tidak jelas (pemaknaannya hanya ada satu Kurban, jadi simbolnya satu saja).
Dulu Salib di buat menghadap umat karena dulu Imam dan umat menghadap ke arah yang sama. Maka, jika Imam dan umat saling berhadapan maka Salibnya harus menghadap Imam.
@Hailey:Penataan posisi Salib itu penting karena akan membantu umat menghayati kehadiran real dalam Ekaristi. Kalau alat bantunya tidak beres susah mengajarnya dan akhirnya makin hilanglah kesadaran itu:D
Praktek yang nyata di Basilika Santo Petrus di Vatikan (juga kalau Misa di Lateran), tidak ada salib besar yang menghadap umat. Di Basilika Salibnya hanya ada satu, yang diletakkan di Altar dan corpus nya menghadap selebran. Jadi maksud Pastor Joseph Ratzinger jelas salib memang sebaiknya hanya satu saja dan menghadap ke arah Imam. Rasanya pendapat… See More ini juga didukung oleh Msgr. Guido Marini (ceremoniarius Liturgi kepausan) dan kalau mau menyebut nama Romo lain, Romo Uwe Lang yang menulis buku “Turning Toward the Lord” bisa dijadikan acuan.
Sebaiknya hanya ada satu salib dan salib itu menghadap Imam (jangan menghadap umat). Imam lah yang lebih memerlukan Salib agar ia dapat mengarahkan pikirannya pada Kristus. Sebaiknya tidak ada 2 salib karena mengaburkan fokus dalam Liturgi, dan membuat orientasi jadi tidak jelas (pemaknaannya hanya ada satu Kurban, jadi simbolnya satu saja).
Dulu Salib di buat menghadap umat karena dulu Imam dan umat menghadap ke arah yang sama. Maka, jika Imam dan umat saling berhadapan maka Salibnya harus menghadap Imam.
@Hailey:Penataan posisi Salib itu penting karena akan membantu umat menghayati kehadiran real dalam Ekaristi. Kalau alat bantunya tidak beres susah mengajarnya dan akhirnya makin hilanglah kesadaran itu:D
Praktek yang nyata di Basilika Santo Petrus di Vatikan (juga kalau Misa di Lateran), tidak ada salib besar yang menghadap umat. Di Basilika Salibnya hanya ada satu, yang diletakkan di Altar dan corpus nya menghadap selebran. Jadi maksud Pastor Joseph Ratzinger jelas salib memang sebaiknya hanya satu saja dan menghadap ke arah Imam. Rasanya pendapat… See More ini juga didukung oleh Msgr. Guido Marini (ceremoniarius Liturgi kepausan) dan kalau mau menyebut nama Romo lain, Romo Uwe Lang yang menulis buku “Turning Toward the Lord” bisa dijadikan acuan.
Pastor Yohanes Samiran
Dalam pedoman liturgi rasanya cukup jelas.
a. Salib (meja) altar – corpusnya ke arah imam.
b. Salib pancang sama fungsinya dengan salib dinding altar, tentu menghadap umat.
Dalam pedoman liturgi rasanya cukup jelas.
a. Salib (meja) altar – corpusnya ke arah imam.
b. Salib pancang sama fungsinya dengan salib dinding altar, tentu menghadap umat.
Pertanyaan umat :
PUTRA/I ALTAR “Hmm,,aqhu mw nanya nih,,aqhu kn misdinar d paroki.. Mnrt TPE yg trbaru,,gmna sih sharusnya bunyi lonceng/gong swaktu konsekrasio yg benar??Soalnya,,bda pastornya,,bda jg cra lonceng/gong yg hrz d bunyikn..Kmi jd bingung..TLg d jawab yha.. Thx..”
PUTRA/I ALTAR “Hmm,,aqhu mw nanya nih,,aqhu kn misdinar d paroki.. Mnrt TPE yg trbaru,,gmna sih sharusnya bunyi lonceng/gong swaktu konsekrasio yg benar??Soalnya,,bda pastornya,,bda jg cra lonceng/gong yg hrz d bunyikn..Kmi jd bingung..TLg d jawab yha.. Thx..”
PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR :
TENTANG LONCENG DAN GONG DALAM LITURGI GEREJA, khususnya
Perayaan Ekaristi. Beberapa pencerahan saya.
Pertama, sejauh sy tahu, dlm Liturgi Gereja sesuai Ordo
Missae hy dikenal lonceng. Karena pengaruh INKULTURASI dlm liturgi, maka gong
mulai dipakai umum/meluas di Gereja Indonesia. Anehnya, lonceng dang gong
dipakai bersamaan, lalu ada yang menganggap bhw penggunaan serentak
lonceng+gong itulah yg ideal.
Kedua, tentang BUNYI. Karena pada masa2 lalu buku2 tentang
liturgi masih relatif sedikit, itupun kurang tersebar, maka di byk gereja org
hy mewarisi kebiasaan2 lama. Bunyinya mjd beragam; beda gereja, beda CARA DAN
JUMLAH bunyi. Hehehe . . . Semua gaya itu sama2 tentu bermaksud baik; macam2
cara dipakai untuk mencapai sesuatu yg baik. Variis modis bene fit, kata orang
Latin…
Ketiga, hal yg lebih mendasar adalah PEMAKNAAN LITURGIS.
Bunyi lonceng (demikian juga gong) bermakna ‘memanggil’ dan ‘tanda perhatian’
kepada sesuatu/seseorang/peristiwa yg (maha-)penting. Pengundangan atau tanda
perhatian ini sangat mengharapkan tanggapan dan jawaban positif umat. Inilah
‘Dimensi Katabatis-Anabatis’ dari liturgi. Jadi, lonceng/gong bukan sekedar
barang, dan bunyinyapun bukan sekedar bunyi. Sebaliknya, lonceng/gong dan
bunyinya sungguh benda dan bunyi liturgis. Oleh karena itu, lönceng/gong
demikian bunyinya haruslah dihayati dan diperlakukan juga sesuai dgn
martabatnya dlm liturgi resmi Gereja.
Keempat, tentang ARTI SIMBOLIS. Gereja kaya akan simbol2.
Bunyi2anpun mengandung makna simbolis. Demi memelihara dan mewariskan secara
utuh keagungan liturgi Gereja dan arti2 simbolisnya, maka dalam Ordo Missae
(juga, TPE 2005) telah diatur kapan dan bgmn lonceng/gong dibunyikan: SEBELUM
prefasi (1x), SEBELUM memasuki kata2 institusi/konsekrasi (1x), KETIKA elevasi
Tubuh/Darah Kristus (3x), dan KETIKA imam berlutut post-elevasi (1x panjang).
Angka dalam tanda kurung adalah ‘jumlah ketukan’ yg biasa dibuat di gereja
kami.
Salam,
Zepto-Triffon, Sorong, Papua.
Zepto-Triffon, Sorong, Papua.
Pertanyaan :
Ada pelatih misdinar bertanya: cara mendupai yang tepat itu
bagaimana? Untuk Sakramen 3 ayunan, untuk Imam 2 ayunan, untuk umat 1 ayunan –
masing-masing dibuat 3 kali?
PENCERAHAN DARI BP. AGUS SYAWAL :
PUMR 277:
Sesudah mengisi pedupaan, imam memberkatinya dengan membuat tanda salib di atasnya, tanpa mengatakan apa-apa.
Sesudah mengisi pedupaan, imam memberkatinya dengan membuat tanda salib di atasnya, tanpa mengatakan apa-apa.
Sebelum dan sesudah pendupaan, petugas membungkuk khidmat
ke arah orang atau barang yang didupai, kecuali dalam pendupaan altar dan bahan
persembahan untuk Ekaristi.
Pendupaan dilaksanakan dengan mengayunkan pedupaan ke depan dan ke belakang..
Pendupaan dilaksanakan dengan mengayunkan pedupaan ke depan dan ke belakang..
Pedupaan diayunkan tiga kali untuk penghormatan: (a)
Sakramen Mahakudus, relikui salib suci dan patung Tuhan yang dipajang untuk
dihormati secara publik; (b) bahan persembahan; (c) salb altar, Kitab injil,
lilin paskah, imam dan jemaat.
Pedupaan diayunkan dua kali untuk penghormatan: relikui dan
patung orang kudus yang dipajang untuk dihormati secara publik. Semua ini
didupai hanya pada awal perayaan Ekaristi sesudah pendupaan altar.
Altar didupai dengan serangkaian ayunan tunggal sebagai
berikut :
a. Kalau altar berdiri sendiri, imam mendupai altar sambil mengelilinginya.
b. Kalau altar melekat pada dinding, maka imam mendupai sambil berjalan ke sisi kanan lalu ke sisi kirinya.
a. Kalau altar berdiri sendiri, imam mendupai altar sambil mengelilinginya.
b. Kalau altar melekat pada dinding, maka imam mendupai sambil berjalan ke sisi kanan lalu ke sisi kirinya.
Kalau ada salib di atas atau di dekat altar, maka salib itu
didupai sebelum altar. Atau, imam mendupai salib pada saat ia melintas di
depannya.
Sebelum mendupai salib dan altar, imam mendupai bahan persembahan dengan mengayunkan pedupaan tiga kali atau dengan membuat tanda salib dengan pedupaan di atas bahan persembahan.
Sebelum mendupai salib dan altar, imam mendupai bahan persembahan dengan mengayunkan pedupaan tiga kali atau dengan membuat tanda salib dengan pedupaan di atas bahan persembahan.
Apa yang dimaksud satu ayunan? Rubik 1962 bisa mengisi
kekosongan ini.
Satu ayunan adalah satu kali:
1. Pendupaan diangkat dari sisi pemegang ke depan dada.
2. Pendupaan di goyangkan seperti pendulum ke arah obyek/orang yang diberkati. Biasanya ini paling jelas karena kedengaran bunyi “crik” karena suara rantai bergesek.
3. Lalu diturunkan.
Gerakan ini membentuk satu ayunan.
Satu ayunan adalah satu kali:
1. Pendupaan diangkat dari sisi pemegang ke depan dada.
2. Pendupaan di goyangkan seperti pendulum ke arah obyek/orang yang diberkati. Biasanya ini paling jelas karena kedengaran bunyi “crik” karena suara rantai bergesek.
3. Lalu diturunkan.
Gerakan ini membentuk satu ayunan.
Menurut Rubik 1962, gerakan nomor 2 dilakukan 2 kali
(disebut ‘Ductus’), kecuali untuk Altar, 1 kali, karena Altar didupai dengan
mengelilinginya dan selama berjalan pendupaan terus digoyangkan.
Jadi ketika mendupai Sakramen Mahakudus misalnya:
1. Angkat pendupaan sampai sekitar dada atau agak lebih tinggi lagi.
2. Goyangkan 2x (crik – crik).
3. Turunkan.
Gerakan 1 – 3 diulangi sampai 3x.
1. Angkat pendupaan sampai sekitar dada atau agak lebih tinggi lagi.
2. Goyangkan 2x (crik – crik).
3. Turunkan.
Gerakan 1 – 3 diulangi sampai 3x.
Pertanyaan umat :
1. bagaimana cara mendupai sakramen mahakudus pada saat
perarakan sakaramen pada Kamis Putih (sebelum tuguran). Misdinar berjalan
mundur sambil mendupai, atau berjalan sperti biasa tapi berjalan didepan
sakaramen, pada saat tertentu berlutut dan mendupai sakramen?? di paroki kami
biasanya misdinar berjalan mund…ur sambil mendupai, tapi saya membaca di salah
satu group katolik di FB juga, yang menjelaskan cara ke-2. mohon
pencerahannya…thx
2. Setahu saya (dari Fb Tradisi Katolik) dalam perarakan
petugas pembawa dupa berada didepan yang mana dilakukan untuk mendupai
(mensucikan) jalan yang akan dilalui oleh perarakan tersebut.
PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :
Hmmmm kalau memang mau mendupai sakramen secara kontinyu,
ya mau tidak mau harus berjalan mundur. Ini yang lazim. Memang resikonya
perjalanan sakramen keliling atau perarakan sakramen menjadi lambat.
Cara kedua, (tidak dilarang) untuk mengantisipasi
kelambatan itu, dan kelelahan kalau harus berarak ke tampat yang jauh.
NB. Di salah satu paroki di Crespina, dekat Pisa (Italia)
saya beberapa kali membantu di sana, dan pada Kamis malam sakramen diarak
keliling desa bersama dengan patung Yesus dan relikwi dari “tanah suci”.
Otomatis misdinar tidak perlu berjalan mundur tetapi berjalan biasa di depan
sakramen dengan membawa pedupaan yang mengepul, dan kadang berhenti untuk
mendupai .
Jarak tempat sakramen di arak adalah dari gereja Paroki dan dipindahkan ke gereja kapel, jaraknya sekitar 2 km. Perarakan berjalan memutar agar semua jalan desa terberkati oleh sakramen. Semua rumah memasang lilin di pintu dan pagar mereka, walau mereka tadi tidak berangkat ke gereja untuk perayaan Kamis Putih …..
Jarak tempat sakramen di arak adalah dari gereja Paroki dan dipindahkan ke gereja kapel, jaraknya sekitar 2 km. Perarakan berjalan memutar agar semua jalan desa terberkati oleh sakramen. Semua rumah memasang lilin di pintu dan pagar mereka, walau mereka tadi tidak berangkat ke gereja untuk perayaan Kamis Putih …..
PENCERAHAN DARI PASTOR CHRISTIANUS HENDRIK :
Hemm….mengenai cara mendupai kiranya bisa bermacam2 cara
tergantung kebiasaan dan situasi setempat di mana perarakan diadakan-seperti
sudah dijelaskan oleh rm Samiran SCJ. Tetapi inti dari pendupaan kiranya tetap
harus berpusat pada Sakramen Mahakudus yang didupai, bukan pertama2 jalan, atau
rumah atau tempat sekitar yang dilewati.
Memang ketika kita menghormati dan terus melakukan puja
pengudusan terhadap sakramen Mahakudus, kemudian dampaknya adalah bahwa jalan,
tempat2 yang akan dilalui, bahkan orang2 di sekitar juga harus
dikuduskan/menguduskan diri supaya pantas bagi kehadiran Allah yang nyata dalam
sakramen Mahakudus.
Tradisi yang serupa dengan penghormatan terhadap Sakramen
Mahakudus bisa ditemukan dalam banyak peristiwa di Perjanjian Lama, ketika Israel
mengarak Tabut Perjanjian (mis.I Tawarikh 15). Ketika tradisi mendupai belum
populer, lalu berbagai bentuk penghormatan terhadap setiap tanda Kehadiran Yang
Ilahi (Tabut Perjanjian) dilakukan dengan pelbagai cara: nyanyian pujian,
sangkakala, terompet, gambus pelbagai macam jenis, pemotongan hewan kurban,
kurban bakaran…bahkan tarian (Daud menari2 di depan Tabut Perjanjian).
Jadi inti pendupaan adalah kepada Sakramen Mahakudus-entah
dengan cara mundur,atau berjalan maju sambil sesekali berhenti untuk mendupai.
Asap dupa yang membubung melambangkan terhubungnya dunia dan surga tinggi melalui kehadiran Allah dalam rupa Sakramen Mahakudus. Wewangian asap dupa melambangkan kesucian itu sendiri dan sikap hati yang sepantasnya ketika kita berada di dekat Sakramen Ilahi. Maka juga perlu diperhatikan supaya saat pendupaan memang ada asap yang mengepul dan membumbung tinggi, bukan cuma formalitas mengayun2kan wiruk/dupa tapi apinya padam dan tidak ada asapnya…lalu kehilangan maknanya he he…
Asap dupa yang membubung melambangkan terhubungnya dunia dan surga tinggi melalui kehadiran Allah dalam rupa Sakramen Mahakudus. Wewangian asap dupa melambangkan kesucian itu sendiri dan sikap hati yang sepantasnya ketika kita berada di dekat Sakramen Ilahi. Maka juga perlu diperhatikan supaya saat pendupaan memang ada asap yang mengepul dan membumbung tinggi, bukan cuma formalitas mengayun2kan wiruk/dupa tapi apinya padam dan tidak ada asapnya…lalu kehilangan maknanya he he…
Pertanyaan umat:
Dalam perarakan Kamis Putih bukan sibori, kalo nggak salah dulu yang diarak “Monstrans”.Tapi mengapa yang saya lihat seringnya monstrans dipakai untuk misa penyembuhan..?Upacara Kamis Putih mengapa “Monstrans” tidak diarak…?
Dalam perarakan Kamis Putih bukan sibori, kalo nggak salah dulu yang diarak “Monstrans”.Tapi mengapa yang saya lihat seringnya monstrans dipakai untuk misa penyembuhan..?Upacara Kamis Putih mengapa “Monstrans” tidak diarak…?
PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ:
Monstrans … dari bahasa Latin artinya menunjukkan; maka
sebenarnya itu dipakai untuk upacara Adorasi atau Salve.
Tetapi pada Hari Kamis Putih sebenarnya kita mengadakan penghormatan kepada Sakramen Mahakudus yang akan dipindah tempatkan … maka yang pas memang sibori.
Tetapi pada Hari Kamis Putih sebenarnya kita mengadakan penghormatan kepada Sakramen Mahakudus yang akan dipindah tempatkan … maka yang pas memang sibori.
Tetapi kalau tidak ada pemindahan sakramen, dan Sakramen
Mahakudus mau ditahtakan di altar untuk sembah sujud, maka memang yang dipakai
adalah mostrans.
Misa penyembuhan menggunakan monstrans karena setelah Misa dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Mahakudus, maka Sakramen ditahtakan dengan mosntrans … dan setelah hampir selesai adorasi memang akan ditutup dengan pemberkatan dengan sakramen Mahakudus.
Untuk informasi lebih lengkap silahkan browsing “adorasi sakramen Mahakudus”
Misa penyembuhan menggunakan monstrans karena setelah Misa dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Mahakudus, maka Sakramen ditahtakan dengan mosntrans … dan setelah hampir selesai adorasi memang akan ditutup dengan pemberkatan dengan sakramen Mahakudus.
Untuk informasi lebih lengkap silahkan browsing “adorasi sakramen Mahakudus”
PENCERAHAN DARI BP. Agus Syawal Yudhistira
Aturan Liturgi secara spesifik MELARANG eksposisi Sakramen
menggunakan Monstrans (Ostensorium) pada tuguran Kamis Putih (Lihat “PASCHALES
SOLEMNITATIS”, Kongregasi Ibadat Suci 1988, no. 55).
Mengenai Adorasi Sakramen Mahakudus dalam wujud Eksposisi,
ada dua pilihan (lihat “EUCHARISTIAE SACRAMENTUM”, Kongregasi Ibadat Suci
1973):
Meriah/Agung/Solemn, digunakan Monstrans.
Sederhana, digunakan Sibori/Pixis…. See More
Meriah/Agung/Solemn, digunakan Monstrans.
Sederhana, digunakan Sibori/Pixis…. See More
Maka jika Sakramen Mahakudus diarak menggunakan Sibori, penghormatan
yang diberikan tetap sama.
Pertanyaan umat:
Dlm perarakan di Hari Kamis Putih, di gereja Barnabas
pamulang dan grj Stefanus Cilandak, (sedangkan di grj lain tidak ada) ada
bunyi2an dari kayu…. ini melambangkan apa?
PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ:
Bunyi ‘kelotokan’ pada Tri Hari Suci, mulai Kamis malam
setelah komuni, sampai Sabtu suci pagi, sebenanrnya dimaksudkan untuk penanda
menggantikan bel, dan giring-giring, yang tidak dibunyikan selama saat itu.
Lonceng dan bel kembali dibunyikan pada malam Paskah saat Gloria dikumandangkan.
Lonceng dan bel kembali dibunyikan pada malam Paskah saat Gloria dikumandangkan.
(NB. Saya tidak tahu tradisi di negara lain, tetapi di
Italia sejauh saya tahu tidak ada penggantian itu, tetapi ya sepi aja – tanpa
perlu digantikan).
Komentar
Posting Komentar