Kompendium Ajaran Sosial Gereja Artikel 275


Kerja menegaskan jati diri fundamental manusia yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah: “Walaupun melalui kerjanya manusia makin menguasai bumi, dan melalui kerjanya pula ia memantapkan kedaulatannya atas alam yang kelihatan, namun bagaimanapun juga dalam setiap hal dan pada setiap tahap proses itu ia tetap masih bergerak dalam lingkup penataan asli oleh Sang Pencipta. Dan penataan itu pun secara niscaya dan tak terlepaskan berkaitan dengan kenyataan bahwa manusia diciptakan, sebagai laki-laki dan perempuan, ‘menurut gambar Allah’.” Hal ini menerangkan kegiatan manusia di dalam alam semesta: manusia bukanlah pemiliknya, melainkan orang-orang kepada siapa alam semesta itu telah dipercayakan, yang dipanggil untuk memantulkan di dalam cara kerja mereka sendiri gambar dari Dia yang di dalam keserupaan dengan-Nya mereka telah diciptakan.

·    Kekuasaan yang dilaksanakan manusia atas alam dan semua makhluk hidup yang lain, bukanlah sesuatu yang lalim atau sewenang-wenang; sebaliknya, ia harus “mengusahakan dan memelihara” (Kej 2:15) harta benda yang telah diciptakan Allah.
·   Orang tidak boleh jatuh ke dalam godaan menjadikan kerja sebagai berhala, sebab makna kehidupan yang paling tinggi dan menentukan tidak terdapat/ditemukan dalam kerja. Sumber kehidupan serta tujuan akhir manusia adalah Allah sendiri, maka kita kerja mesti selaras dengan kehendak Allah.
·    Kerja adalah bagian dari keadaan asli manusia dan mendahului kejatuhannya ke dalam dosa; karenanya kerja bukan merupakan hukuman atau kutukan. Kerja adalah karunia dan Tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita.
·   Pekerjaan yang kita jalani adalah merupakan karunia dan rahmat Tuhan sendiri yang mesti kita hayati secara bertanggungjawab seturut martabat yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dengan kata lain kerja adalah sebagai sebagai panggilan Tuhan.
·   Kerja adalah Rahmat. Apa pun pekerjaan kita, adalah rahmat dari Allah. Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Oleh karena itu aku bekerja secara tulus penuh rasa syukur.
·  Kerja adalah Ibadah. Apapun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata, maka kita bekerja serius, ikhlas dan penuh kecintaan.
·   Kerja adalah Pelayanan. Apa pun pekerjaan kita, bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. “Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi keinginan untuk berbuat baik.” Oleh karena itu bekerja dijalaninya sebagai sarana untuk menjadi berkat bagi orang lain, maka kita bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Komentar

Postingan Populer